28 November 2020

Tentang Idealis, Benere Dewe dan Mbedadok


Bermula dari kejengkelan saya kepada beberapa kawan yang menilai seseorang idealis, padahal menurut saya orang yang dimaksud bukan kategori idealis, tapi lebih condong ke "benere dewe" dan "ngeyelan", maka saya melampiaskan kejengkelan saya melalui media ini.

Ya, meskipun sebenarnya saya tidaklah terlalu paham dengan urusan idealisme-idealismenan, sebab waktu diajar mata kuliah ini saya sedang keenakan ngopi di warung hingga lupa masuk kelas, lagi pula dosennya memang membosankan. Namun, seperti yang saya catat di atas, karena kejengkelan saya tersebut saya akan melampiaskan kejengkelan saya dengan menulis ini dengan kesoktahuan yang saya miliki.

Orang-orang yang menyebut kalimat serupa di atas yang mengandung kata "idealis" sering kali merujuk kepada seseorang yang berwatak kaku, tidak fleksibel dan "karepe dewe", orang-orang seperti ini di kampung kami memberi sebutan dengan istilah "mbedadok".

Dan, sebutan idealis, juga lebih sering berhubungan dengan orang-orang yang masih berusia muda, mahasiswa atau sarjana baru lulus jurusan tertentu.

Meskipun saya menyimpan kejengkelan tersendiri saat ada orang yang "benere dewe" dianggap idealis namun, saya sendiri sering kali terpengaruh. Sehingga sayapun sering kali menyebut orang-orang yang mbedadok dan benere dewe dengan sebutan idealis.

Lalu, bagaimana sebenarnya idealis itu?

Menurut orang-orang pintar yang sering ngobrol dengan saya di warung kopi yang pernah saya dengarkan ceritanya. Mereka bercerita demikian:

Kata idealis merujuk pada kata dasar "ide", yang artinya, ide ini, adalah sesuatu yang tidak nampak secara riil dan tak bisa diketahui panca indera oleh pihak lain. Sehingga ide ini hanya diketahui oleh pemilik ide, orang lain tidak pernah tahu ide kecuali ide terlahir melalui ucapan yang disampaikan. Namun, jika ide telah keluar melalui ucapan tidak bisa disebut ide lagi.

Kata ide jika dibelakangnya diikuti kata "is" bisa dimaksud sebagai sifat seseorang yang memegang teguh apa yang menjadi buah pikirannya dan berusaha mewujudkannya dalam realitas.

Ini yang akhirnya membedakan antara idealis dan "mbedadok" juga "benere dewe".

Orang yang idealis, biasanya adalah orang yang memiliki pengetahuan yang cukup. Dan dengan bekal pengetahuan yang cukup tersebut mereka berusaha mewujudkan idenya menjadi kenyataan dengan metode dan langkah-langkah tertentu sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya tapi jika "mbedadokis" dan "benere deweis" melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak diri sendiri meskipun tanpa pengetahuan yang cukup dalam memutuskan dan melakukan sesuatu.

Perlu diingat, tidak semua mbedadokis adalah orang yang bodoh, sebagian mbedadokis adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan. Namun karena sangking banyaknya pengetahuan, dari sekian banyaknya pengetahuan hampir tidak ada pengetahuan yang lengkap. Biasanya, orang idealis mempunyai disiplin ilmu yang runtut. Sehingga dalam rangka mempertahankan keidealisannya mempunyai argumen yang jelas dan sistematis. Tidak seperti mbedadokis dan benere deweis yang sering kali argumennya melompat-lompat dan berusaha mencari kesalahan argumen orang lain untuk mempertahankan argumennya yang dianggap benar, meskipun argumennya salah.

Orang-orang mbedadok, jika mengobrol kerap kali tema obrolan melebar kemana-mana untuk menutupi argumennya yang lemah sebab pengetahuan yang dimilikinya tidak lengkap, tidak runtut dan bangunan logikanya yang banyak lubang. Tidak demikian dengan orang yang idealis, orang idealis lebih rapi dalam berargumen.

Sudah gitu aja, males ngetiknya.

  Catatan:
    Belum ada catatan penting untuk tulisan di atas.

Post a Comment