05 October 2024

Bersyukur dengan Ngeslot



Tidak tahu kenapa, belakangan ide dalam otakku yang muncul selalu slot. Memang, permainan ini menarik, menarik banyak orang. Bukan hanya orang tapi juga motor, mobil, dan aset-aset lainnya untuk ikut nges(l)ot. Sudah banyak cerita disekitar kita (atau hanya sekitar saya saja, ya?) orang yang terjun dalam dunia slot, pada akhirnya bukan hanya orangnya yang ikut, tapi juga barang-barang miliknya yang ikut-ikutan. Bahkan, sebagian barang-barang kerabatnya juga ikut ngeslot karena digadaikan dan tidak kembali.

Karena otak saya semakin sering memproses dan terpikirkan soal slot maka saya iseng-iseng mencari-cari tulisan yang membahas soal ini. Ternyata, slot adalah permainan yang sudah lumayan tua. Sejak awal abad 19 sudah muncul, tapi berupa mesin mekanis.  Konon, dalam sebuah artikel disebutkan, Pada 1895, Charles Fey, seorang mekanik dari San Francisco, mengembangkan mesin slot pertama yang menggunakan gulungan berisi tiga simbol. 

Mesin ini disebut "Liberty Bell" dan menjadi prototipe bagi mesin slot modern.

Simbol yang digunakan adalah lonceng, sekop, hati, dan berlian, serta angka 7 yang menjadi simbol paling berharga.

Karena zaman sekarang zaman digital, maka slotpun mengalami perubahan. Ya, mungkin disebut digitalisasi slot. Maka, semakin mudah pulalah pemain memainkan game ini. Tak perlu datang ke tempat perjudian secara fisik, malah permainan ini bisa masuk dalam saku. Mempermudah banyak orang untuk memainkannya.

Karena kemudahannya ini, maka sebenarnya semua orang bisa bermain slot, jika mereka mau. Sebab slot bukanlah permainan yang sulit, tak perlu berpikir, tidak perlu banyak pertimbangan bahkan permainan ini cenderung permainan goblog, tinggal klik bisa bikin tumbang dan rungkad.

Karena kemudahannya anak-anak kemarin sore yang baru mengenal hapepun bisa memainkan permainan ini, seutun-utunnya orang asal bisa mengoperasikan hape bisa memainkan permainan ini. Lagi-lagi, permainan ini tidak perlu mikir, tinggal klik langsung rungkad. Meskipun, dibalik banyaknya yang rungkad, masih ada sekelompok kecil, sangat kecil sekali, yang mendapatkan keberuntungan, menang dan mendapatkan hadiah. Dan sebagian kecil yang menang ini, memamerkan kemenangnnya kepada yang lain sehingga yang mulanya tidak ikut bermain, tergiur untuk ikut memainkan dengan harapan bisa menang dan mendapat banyak keuntungan.

Mulai daru situ, si miskin yang malas dan ingin menjadi kaya, memainkan permainan ini. Dengan menganut prisip ekonomi: "Dengan pengorbanan yang seminimal mungkin, mendapatkan pendapatan yang semaksimal mungkin", maka mereka berharap dengan bertaruh sepuluh ribu rupiah mendapatkan kemenangan seratus ribu rupiah, atau bertaruh seratus ribu rupiah berharap menang mendapatkan satu juta rupiah, demikian seterusnya. Mereka tidak sadar jika "Harapan itu menyakitkan".

Pada akhirnya, Sebagian besar dari si miskin yang memainkan permainan ini, tidak menjadi kaya malah semakin jatuh miskin masih ditambah pula dijauhi teman dan kehilangan kepercayaan sesama miskin lain. Sebab, seperti banyak cerita yang berkembang, mereka yang sudah terlanjur jatuh dalam permainan slot maka mereka akan ketagihan, jika uang taruhan sudah habis sebagian mereka memaksakan diri untuk pinjam uang untuk taruhan dengan menjanjikan jika menang akan membayaranya. Padahal, pemain slot jarang yang menang. Sehingga janji untuk mengembalikan uang itu, ya tinggal janji, wong main judi gak pernah menang.

Kok, yang miskin, wong yang awalnya hidup berkecukupanpun bisa jatuh miskin hanya karena permainan slot ini. Seorang kawan ngopi pernah bercerita bahwa supervisor tempatnya bekerja asetnya habis hingga masih menyisakan hutang jutaan hanya karena permainan bodoh ini.

Dalam kitab Islam, diceritakan bahwa: "Jika kamu bersukur, maka Tuhan akan menambahkan nikmatmu. Namun, jika kamu mengingkari nikmat-Nya, maka adzabnya sangat pedih". Nah, mungkin yang menjadi salah satu contoh kongkrit ya orang-orang yang bermain slot ini. Jika saja orang miskin bersyukur dengan tetap bekerja karena dia sadar diciptakan miskin agar dia bekerja lebih keras, maka niscaya orang-orang miskin ini tidak terjerumus pada jebakan harapan perjudian. Pun demikian dengan si kaya, jika saja dia bersukur dengan tetap bekerja dan menyisakan sedikit hartanya untuk disedekahkan pada si miskin, untuk modal misalnya, maka si kaya juga tidak akan terjebak dalam perjudian. Tapi, terkadang, lagi-lagi, hal ini juga berkaitan erat dengan persoalan mental. Jika mentalnya memang terdesain sebagi penjudi, ya....sulit....

  Catatan:

Post a Comment