26 October 2024

Politik Menurut Kelas Genduren




Disebuah kampung yang tidak tekenal ada kejadian pencurian yang menggegerkan. Pencurian berkarung-karung gabah, dibeberapa rumah yang berbeda. Tak ayal, semua masyarakat membicarakan hal ini, dari yang anak-anak hingga embah-embah yang sudah pikun. Karena gabah adalah sumber penghasilan pokok masyarakat kampung dan padi adalah sesuatu yang hampir disakralkan. Maka mencuri gabah hampir sama dengan mencuri sesajen di punden.

Isupun bertebaran, sangkaan-sangkaan tidak terelakkan, dugaan-dugaan tidak terhindarkan. Ada yang bilang Tejo Tato yang mencuri, ada yang bilang Karto Gembel yang mencuri, karena beberapa waktu yang lalu Karto Gembel ketahuan mengambil sepeda jengki milik tetangganya dan Tejo Tato adalah pemuda pengangguran yang kerap bikin rusuh.
 
Masyarakatpun beramai-ramai mencari siapa pencuri gabah sebenarnya. Mereka berspekulasi, tidak mungkin gabah sebanyak itu langsung habis dijual karena akan menimbulkan kecurigaan pembeli. Maka, kemungkinannya adalah gabah ditimbun di suatu tempat.
 
Lambat laun akhirnya masyarakat menemukan timbunan gabah yang diduga hasil curian. Apesnya, gabah tersebut ternyata tertimbun dibelakang rumah Karto Gembel. Karto Gembelpun dibawa ke rumah orang yang terkenal bijak di Kampung, Kaji Majusi. Agar Kaji Majusi memberikan keputusan seadil-adilnya atau kalau bisa memberikan hukuman seberat-beratnya untuk Karto Gembel karena telah mencuri benda sakral mereka, gabah.
 
Karto Gembelpun mengelak jika telah mencuri gabah. Sebab menurutnya mencuri gabah merupakan sebuah pantangan baginya, hampir seperti melukai hati Dewi Sri. Karto Gembel percaya bahwa orang yang mencuri gabah adalah orang yang celaka.
 
Tejo Tato, tidak tega melihat temannya dicerca masyarakat dan yang mungkin terjadi kemudian temannya ini akan dihukum berat. Maka Tejo Tato terpaksa menceritakan yang sebenarnya terjadi. Bahwa, dialah yang disuruh Kaji Majusi menimbun gabah di belakang rumah Karto Gembel. Agar tiga atau empat hari lagi gabah bisa dijual secara bertahap. Dan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Karto Gembel bisa dijadikan kambing hitam.
 
Singkat cerita, hari berganti, salah seorang anggota masyarakat mengadakan kenduri 7 bulanan cucunya. Kaji Majusi yang biasanya ikut sebagai sesepuh desa tidak tampak diantara para undangan. Kasak-kusuk masyarakat tidak terhindarkan, meng-ghibah Kaji Majusi. "Pancen Kaji Majusi wong politik ampuh. Sing nyolong ndeweke sing kenek perkarane Karto Gembel. Politik sejati ki yo Kaji Majusi kui. Nyolong, neng barang colongane didekek neng omahe wong liyo, sing salah ben wong liyo." Celoteh seseorang.

Seperti itulah politik bagi masyarakat kelas genduren. Politik adalah usaha melakukan kejahatan agar tidak diketahui banyak orang dan jikapun harus ketahuan yang harus tertuduh melakukan kejahatan adalah orang lain. Tidak penting sebagus apapun sikap politik seseorang, yang jelas bagi masyarakat kelas genduren politik seperti halnya comberan. Atau bagaimanapun politik menentukan segala hal yang berkaitan dengan bangsa ini, maslahat ataupun madhorot, bagi masyarakat kelas genduren politik tetaplah hal jorok yang harus dihindari.

Post a Comment